A. SIKAP
KERJA
1.
DETERMINAN SIKAP KERJA
Sikap kerja dapat dijadikan indikator apakah suatu
pekerjaan berjalan lancar atau tidak. Jika sikap kerja dilaksanakan dengan
baik, pekerjaan akan berjalan lancar. Jika tidak berarti akan mengalami
kesulitan. Tetapi, bukan berarti adanya kesulitan karena tidak dipatuhinya
sikap kerja, melainkan ada masalah lain lagi dalam hubungan antara karyawan
yang akibatnya sikap kerjanya diabaikan.
☻Menurut para tokoh :
- Gibson
(1997), menjelaskan sikap sebagai perasaan positif atau negatif atau
keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap
orang, obyek ataupun keadaan. Sikap lebih merupakan determinan perilaku
sebab, sikap berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi.
- Sada
(2000), adalah tindakan yang akan diambil karyawan dan segala sesuatu yang
harus dilakukan karyawan tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha
yang dilakukan.
☻Sikap kerja mempunyai sisi mental yang mempengaruhi
individu dalam memberikan reaksi terhadap stimulus mengenai dirinya diperoleh
dari pengalaman dapat merespon stimulus tidaklah sama.Ada yang merespon
secara positif dan ada yang merespon secara negative. Karyawan yang memiliki
loyalitas tinggi akan memiliki sikap kerja yang positif. Sikap kerja yang
positif meliputi :
1) kemauan untuk bekerja sama. Bekerja sama
dengan orang-orang dalam suatu kelompok akan memungkinkan perusahaan dapat
mencapai tujuan yang tidak mungkin dicapai oleh orang-orang secara individual.
2) rasa memiliki. Adanya rasa ikut memiliki
karyawan terhadap perusahaan akan membuat karyawan memiliki sikap untuk ikut
menjaga dan bertanggung jawab terhadap perusahaan sehingga pada akhirnya akan
menimbulkan loyalitas demi tercpainya tjuan perusahaan.
3) hubungan antar pribadi. Karyawan yang
mempunyai loyalitas karyawan tinggi mereka akan mempunyai sikap fleksibel kea
rah tete hubungan antara pribadi. Hubungan antara pribadi ini meliputi :
hubungan social diantara karyawan. Hubungan yang harmonis antara atasan dan
karyawan, situasi kerja dan sugesti dari teman sekerja.
4) suka terhadap pekerjaan. Perusahaan harus
dapat menghadapi kenyataan bahwa karyawannya tiap hari dating untu bekerja sama
sebagai manusia seutuhnya dalam hal melakukan pekerjaan yang akan dilakukan
dengan senang hati sebagai indikatornya bisa dilihat dari : kesanggupan
karyawan dalam bekerja, karyawan tidak kpernah menuntut apa yang diterimanya di
luar gaji pokok.
2.
PENGUKURAN
SIKAP KERJA
Pengukuran sikap kerja dapat ditentukan oleh
faktor-faktor penentu kepuasan kerja.
Banyak faktor yang telah diteliti sebagai faktor-faktor yang mungkin menentukan kepuasan kerja.
1. Ciri-ciri Intrinsik Pekerjaan
Menurut Locke, ciri-ciri intrinsik dari pekerjaan yang menetukan kepuasan kerja ialah keragaman, kesulitan,jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, kendali terhadap metode kerja, kemajemukan, dan kreativitas, terdapat satu unsur yang dijumpai pada ciri-ciri intrinsik yaitu tantangan mental.
Berdasarkan survei diagnostik diperoleh hasil tentang lima ciri yang memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja untuk berbagai macam pekerjaan. Ciri-ciri tersebut ialah :
1. Keragaman keterampilan.
2. Jati diri tugas (task identity).
3. Tugas yang penting (task significance).
4. Otonomi.
5. Pemberian balikan pada pekerjaan membantu meningkatkan tingkat kepuasan kerja.
Model karakteristik pekerjaan dari motivasi kerja menunjukan hubungan yang erat dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja bersamaan dengan motivasi internal yang tinggi. Konsep yang diajukan oleh Herzbeg, yang mengelompokan ciri-ciri pekerjaan intrinsik ke dalam kelompok motivators.
2. Gaji Penghasilan, Imbalan yangn Dirasakan Adil
Uang memang mempunyai arti yang berbeda- beda bagi orang yang berbeda-beda . Dengan menggunakan teori keadilan dari Adams dilakukan berbagai penelitian dan salah satu hasilnya ialah bahwa orang yang menerima gaji yang terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami disterss atau ketidakpuasan.
Yang penting ialah sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil, jika gaji dipersepsikan sebagai adil berdasarkan tuntutan kerja, tingkat pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu, maka akan ada kepuasan kerja.
Uang atau imbalan akan mempunyai dampak terhadap motivasi kerjanya jika besarnya imbalan disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.
3. Penyeliaan
Locke memberikan kerangka kerja teoritis untuk memahami kepuasan tenaga kerjadengan penyeliaan, ia menemukan dua jenis dari hubungan atasan –bawahan : hubungan fungsional dan keseluruhan (entity). Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana penyelia membantu tenaga kerja, untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikan antar pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa. Penyeliaan merupakan salah satu faktor juga dari kelompok faktor hygiene dari Herzberg.
4. Rekan- rekan Sejawat
Hubungan yang ada antarpekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak , yang bercorak fungsional. Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja timbul jika terjadi hubungan yang harmonis dengan tenag kerja yang lain. Didalam kelompok kerja dimana pekerja harus bekerja sagabai satu tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka (kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi) dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka.
Hubungan yang ada antarpekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak , yang bercorak fungsional. Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja timbul jika terjadi hubungan yang harmonis dengan tenag kerja yang lain.
Banyak faktor yang telah diteliti sebagai faktor-faktor yang mungkin menentukan kepuasan kerja.
1. Ciri-ciri Intrinsik Pekerjaan
Menurut Locke, ciri-ciri intrinsik dari pekerjaan yang menetukan kepuasan kerja ialah keragaman, kesulitan,jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, kendali terhadap metode kerja, kemajemukan, dan kreativitas, terdapat satu unsur yang dijumpai pada ciri-ciri intrinsik yaitu tantangan mental.
Berdasarkan survei diagnostik diperoleh hasil tentang lima ciri yang memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja untuk berbagai macam pekerjaan. Ciri-ciri tersebut ialah :
1. Keragaman keterampilan.
2. Jati diri tugas (task identity).
3. Tugas yang penting (task significance).
4. Otonomi.
5. Pemberian balikan pada pekerjaan membantu meningkatkan tingkat kepuasan kerja.
Model karakteristik pekerjaan dari motivasi kerja menunjukan hubungan yang erat dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja bersamaan dengan motivasi internal yang tinggi. Konsep yang diajukan oleh Herzbeg, yang mengelompokan ciri-ciri pekerjaan intrinsik ke dalam kelompok motivators.
2. Gaji Penghasilan, Imbalan yangn Dirasakan Adil
Uang memang mempunyai arti yang berbeda- beda bagi orang yang berbeda-beda . Dengan menggunakan teori keadilan dari Adams dilakukan berbagai penelitian dan salah satu hasilnya ialah bahwa orang yang menerima gaji yang terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami disterss atau ketidakpuasan.
Yang penting ialah sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil, jika gaji dipersepsikan sebagai adil berdasarkan tuntutan kerja, tingkat pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu, maka akan ada kepuasan kerja.
Uang atau imbalan akan mempunyai dampak terhadap motivasi kerjanya jika besarnya imbalan disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.
3. Penyeliaan
Locke memberikan kerangka kerja teoritis untuk memahami kepuasan tenaga kerjadengan penyeliaan, ia menemukan dua jenis dari hubungan atasan –bawahan : hubungan fungsional dan keseluruhan (entity). Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana penyelia membantu tenaga kerja, untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikan antar pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa. Penyeliaan merupakan salah satu faktor juga dari kelompok faktor hygiene dari Herzberg.
4. Rekan- rekan Sejawat
Hubungan yang ada antarpekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak , yang bercorak fungsional. Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja timbul jika terjadi hubungan yang harmonis dengan tenag kerja yang lain. Didalam kelompok kerja dimana pekerja harus bekerja sagabai satu tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka (kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi) dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka.
Hubungan yang ada antarpekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak , yang bercorak fungsional. Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja timbul jika terjadi hubungan yang harmonis dengan tenag kerja yang lain.
3.
MACAM – MACAM SIKAP KERJA
a. Sikap
Kerja Duduk.
Sikap kerja duduk merupakan sikap kerja yang kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan
lebih sedikit energi daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya
beban otot statis pada kaki. Kegiatan bekerja sambil duduk harus dilakukan
secara ergonomi sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja.
Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah
– masalah punggung. Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian tulang
belakang akan meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri
ataupun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100% ; maka cara
duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut
mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan
menyebabkan tekanan tersebut sampai 190% .
Sikap duduk paling baik yang tidak berpengaruh buruk
terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit
lardosa pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung (Suma’mur,
1989). Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan
bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang kursi. Selain itu,
duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan
penyangga kaki) dan sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar
kedua kaki tidak menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang sama lebih
dari 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga
bahu tetap rileks (Wasisto, 2005).
Keuntungan bekerja
sambil duduk adalah sebagai berikut :
1) Menghilangkan
tumpuan berat badan pada kaki.
2) Memungkinkan
tubuh menghindari sikap yang tidak alamiah.
3) Kurangnya
penggunaan energi sehingga bisa mengurangi atau memperlambat terjadinya
kelelahan.
4) Kurangnya
tingkat keperluan sirkulasi darah.
5) Memberikan
kestabilan lebih besar pada pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ketepatan dan
ketelitian.
6) Memungkinkan
pengoperasian alat kendali kaki dengan lebih mudah, tepat dan aman dalam posisi
tubuh yang tetap baik.
Namun, kegiatan
bekerja sambil duduk juga dapat menimbulkan kerugian/ masalah bila dilakukan
secara tidak ergonomis. Kerugian tersebut antara lain:
1) Melembeknya
otot – otot perut.
2) Melengkungnya
punggung.
3)
Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya pada organ pada sistem
pencernaan jika posisi dilakukan secara membungkuk.
b. Sikap
Kerja Berdiri.
Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak
ditemukan di perusahaan. Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi
tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua
kaki. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi
penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah
bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri
dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini
tidak dilakukan bergantian dengan sikap kerja duduk (Rizki, 2007). Keuntungan
dan kerugian sikap kerja berdiri :
1) Keuntungan: Otot
perut tidak kendor, sehingga vertebra (ruas tulang belakang) tidak rusak bila
mengalami pembebanan.
2) Kerugian:
Otot kaki cepat lelah.
c. Posisi
Kerja Duduk – Berdiri
Posisi kerja duduk-berdiri yaitu posisi atau sikap kerja
yang dapat dilakukan dengan berdiri atapun duduk. Posisi Duduk - Berdiri
mempunyai keuntungan secara Biomekanis dimana tekanan pada tulang belakang dan
pinggang 30% lebih rendah dibandingkan dengan posisi duduk maupun berdiri terus
menerus.
Sikap kerja lainnya
antara lain :
1) Mengangkat
beban
Bermacam cara dalam
mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan, punggung , dll. Beban
yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan mengangkut adalah sebagai
berikkut :
a) Beban
yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.
b) Kondisi
lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun.
c) Keterampilan
bekerja
d) Peralatan
kerja beserta keamanannya
Cara-cara
mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis yaitu
:
a) Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak mungkin
otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan.
b) Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali
gerakan.
Penerapan :
a) Pegangan harus tepat
b) Lengan
harus berada sedekatnya pada badan dan dalam posisi lurus
c) Punggung
harus diluruskan
d) Dagu
ditarik segera setelah kepala bisa di tegakkan lagi seperti pada permulaan
gerakan
e) Posisi
kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang
terjadi dalam posisi mengangkat
f) Beban
diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertical yang melalui pusat
grafitas tubuh.
Bermacam-macam cara
dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dan
sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,
jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. Beban yang
diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:
a) Sikap
kerja almiah
Sikap kerja almiah
aadalh sikap kerja atau posisi kerja yang sesuai dengan bentuk alamiah kurva
tulang belakang. Misalnya pada sikap kerja duduk yang paling baik adalah
sedikit lordose pada pinggang dan sedikit kifose pada punggung. Dengan posisi
seperti ini pengaruh buruk pada tulang belakang terutama padalumbosacral dapat
dikurangi. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan kursi dengan sandaran
pinggang yang sesuai dengan bentuk anatomis alami tulang belakang.
b) Sikap
Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak
alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak
menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu
membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh
dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin tinggi pula resiko terjadinya
keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena
karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan pekerja. Posisi tubuh atau sikap kerja yang tidak
alamiah dan cara kerja yang tidak ergonomis dalam waktu lama dan terus menerus
dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pekerja antara lain:
· Rasa
sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan seperti
pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan lain-lain.
· Menurunnya
motivasi dan kenyamanan kerja.
· Gangguan
gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan mengerakkan kaki, tangan atau
leher/kepala).
· Dalam
waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring, bongkok).
B.
KEPUASAN KERJA
1) DEFINISI
KEPUASAN KERJA
Beberapa definisi kepuasan
kerja menurut para tokoh yaitu sebagai berikut. Menurut Steve M. Jex mendefinisikan kepuasan kerja sebagai “tingkat
afeksi positif seorang pekerja terhadap pekerjaan dan situasi pekerjaan.”
Bagi Jex, kepuasan kerja melulu berkaitan dengan sikap
pekerja atas pekerjaannya. Sikap tersebut berlangsung dalam aspek kognitif dan
perilaku. Aspek kognitif kepuasan kerja adalah kepercayaan pekerja tentang
pekerjaan dan situasi pekerjaan: Bahwa pekerja yakin bahwa pekerjaannya
menarik, merangsang, membosankan atau menuntut. Aspek perilaku pekerjaan adalah
kecenderungan perilaku pekerja atas pekerjaannya yang ditunjukkan lewat
pekerjaan yang dilakukan, terus bertahan di posisinya, atau bekerja secara
teratur dan disiplin.
Kepuasan
kerja biasanya didefinisikan sebagai tingkat pengaruh positif karyawan terhadap
pekerjaannya atau situasi pekerjaan. Pengaruh positif pada definisi ini dapat
ditambahkan komponen kognitif dan perilaku, hal ini sesuai dengan cara
psikologis social mendefinisikan sikap. Kepuasan kerja nyatanya adalah sikap
karyawan terhadap pekerjaannya.
Menurut Tiffin kepuasan kerja berhubungan
erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja,
kerjasama antara pimpinan dengan karyawan. Sedangkan menurut Blum mengemukakan
bahwa kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil
dari beberapa sikap khusus terhadap faktor – faktor pekerjaan, penyesuaian diri
dan hubungan sosial individu diluar kerja.
2) ASPEK-ASPEK
KEPUASAN KERJA
Lima aspek yang
terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu :
a. Pekerjaan itu sendiri (Work It self)
Setiap pekerjaan
memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing.
Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau
mengurangi kepuasan kerja.
b. Atasan (Supervisior)
Atasan yang baik
berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap
sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
c. Teman sekerja (Workers)
Merupakan faktor
yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan
pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
d. Promosi (Promotion)
Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
e. Gaji/Upah (Pay)
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
3) DIMENSI
KEPUASAN KERJA
Model Theory of Work Adjustment mengukur 20 dimensi yang
menjelaskan 20 kebutuhan elemen atau kondisi penguat spesifik yang penting
dalam menciptakan kepuasan kerja. Dimensi-dimensi tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
a. Ability Utilization
adalah pemanfaatan
kecakapan yang dimiliki oleh karyawan.
b. Achievement
adalah prestasi
yang dicapai selama bekerja.
c. Activity
adalah segala macam
bentuk aktivitas yang dilakukan dalam bekerja.
d. Advancement
adalah kemajuan
atau perkembangan yang dicapai selama bekerja.
e. Authority
adalah wewenang
yang dimiliki dalam melakukan pekerjaan.
f. Company Policies and Practices
adalah kebijakan
yang dilakukan adil bagi karyawan.
g. Compensation
adalah segala macam
bentuk kompensasi yang diberikan kepada para karyawan.
h. Co-workers
adalah rekan
sekerja yang terlibat langsung dalam pekerjaan.
i. Creativity
adalah kreatifitas
yang dapat dilakukan dalam melakukan pekerjaan.
j. Independence
adalah kemandirian
yang dimiliki karyawan dalam bekerja.
k. Moral values
adalah nilai-nilai
moral yang dimiliki karyawan dalam melakukan pekerjaannya seperti rasa bersalah
atau terpaksa.
l. Recognition
adalah pengakuan
atas pekerjaan yang dilakukan.
m. Responsibility
adalah tanggung
jawab yang diemban dan dimiliki.
n. Security
adalah rasa aman yang dirasakan karyawan terhadap lingkungan kerjanya.
o. Social Service
adalah perasaan
sosial karyawan terhadap lingkungan kerjanya.
p. Social Status
adalah derajat
sosial dan harga diri yang dirasakan akibat dari pekerjaan.
q. Supervision-Human Relations
adalah dukungan
yang diberikan oleh badan usaha terhadap pekerjanya.
r. Supervision-Technical
adalah bimbingan
dan bantuan teknis yang diberikan atasan kepada karyawan.
s. Variety
adalah variasi yang
dapat dilakukan karyawan dalam melakukan pekerjaannya.
t. Working Conditions
adalah keadaan tempat kerja dimana karyawan melakukan pekerjaannya.
Hipotesis pokok
dart Theory of Work Adjustment adalah bahwa kepuasan kerja merupakan fungsi
dari hubungan antara sistem pendorong dari lingkungan kerja dengan kebutuhan
individu.
4) FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA
a. Faktor
Kepuasan Finansial, yaitu terpenuhinya keinginan karyawan terhadap kebutuhan
finansial yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga
kepuasan kerja bagi karyawan dapat terpenuhi. Hal ini meliputi; system dan
besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan
serta promosi.
b. Faktor
Kepuasan Fisik, yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan
kerja dan kondisi fisik karyawan. Hal ini meliputi; jenis pekerjaan, pengaturan
waktu kerja dan istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan/suhu,
penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan dan umur.
c. Faktor
Kepuasan Sosial, yaitu faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik
antara sesama karyawan, dengan atasannya maupun karyawan yang berbeda jenis
pekerjaannya. Hal ini meliputi; rekan kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan
bijaksana, serta pengarahan dan perintah yang wajar.
d. Faktor
Kepuasan Psikologi, yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan. Hal
ini meliputi; minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat dan
keterampilan.
5) HUBUNGAN
PELAKSANAAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA
Ada sejumlah faktor
ekstrinsik yang terdiri dari salary, keamanan kerja, kondisi kerja,
status, prosedur perusahaan, quality of technical supervision, dan
kualitas hubungan interpersonal diantara rekan sekerja, atasan, dan bawahan.
Keberadaan kondisi tersebut belum tentu dapat memotivasi, tetapi bila tidak ada
menyebabkan ketidakpuasan karyawan karena mereka perlu mempertahankan paling
tidak suatu tingkat tidak ada kepuasan. Kondisi ini disebut sebagai faktor
higienes atau ketidakpuasan. Karyawan cenderung tidak puas apabila
faktor-faktor ini dirasa tidak mencukupi. Ada sejumlah faktor intrinsik yang
terdiri dari achievement, recognition,responsibility, advancement,
pekerjaan itu sendiri, dan kemungkinan berkembang, kondisi ini apabila ada akan
memberikan motivasi bagi karyawan. Kondisi ini disebut sebagai faktor pemuas
atau motivator.
Daftar
pustaka
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, Jr., J.H.,
1990, Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses (Terj.), Penerbit Erlangga,
Jakarta.
H., Hendra Indy & Handoyo, S. (2013). Hubungan
kepuasan kerja dengan motivasi kerja pada karyawan Bank BTPN madiun. Jurnal
psikologi industri dan organisasi. 2, 100-103.
http://sistarim.blogspot.co.id/2015/12/teori-teori-kepuasan-kerja-determinan.html
http://teknikkepemimpinan.blogspot.co.id/2013/10/teori-kepuasan-kerja.html
http://nthatembem.blogspot.co.id/2009/12/sikap-kerja-dan-kepuasan-kerja.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar