1.
TEORI
MOTIVASI
Motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan
mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah
ketercapaiannya tujuan tertentu. Tujuan yang jika berhasil dicapai, akan
memuaskan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Motiv merupakan suatu dorongan kebutuhan dari dalam diri
pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan, motivasi adalah kondisi yang menggerakan pegawai agar
mampu mencapai tujuan dari motifnya.
a. Menurut
Sardiman
Motif merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan
kegiatan untuk mencapai tujuan.
b. Menurut Mulyasa
Motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu.
c. Menurut
Hamalik
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan.
Berlangsungnya motivasi dapat dilihat dalam :
Kelompok kebutuhan yang belum dipuaskan akan memicu
ketegangan sehingga dorongan-dorongan untuk elakukan serangkaian kegiatan
(prilaku mencari), ketika tujuan telah tercapai (kebutuhan yan telah
dipuaskan), sebagai reduksi dari ketegangan menuju kelompok kebutuhan yang
belum dipuaskan.
2.
TEORI DRIVE (reinforcement)
Teori ini berhubungan dengan teori belajar operant
conditioning dari Skinner. Teori ini mempunyai dua aturan pokok : aturan pokok
yang berhubungan denga pemerolehan jawaban-jawaban yang benar, dan aturan pokok
lainnya yang berhubungan dengan penghilangan jawaban-jawaban yang salah.
Siegel dan Lane (1982) mengutip Jablonske dan de Vries,
memberi saran bagaimana manajement dapat meningkatkan motivasi kerja tenaga kerj,
yaitu dengan :
1. Menentukan apa jawaban yang diinginkan
2. Mengkomunikasikan dengan jelas prilaku ini kepada tenaga
kerja
3. Mengkomunikasikan dengan jelas ganjaran apa yang akan
diterima tenaga kerja jika jawaban yang benar terjadi.
4. Memberi ganjaran hanya jika jawaban yang benar yang
dilaksanakan
5. Memberika ganjaran kepada jawaban yang diinginkan pada
saat yang paling memungkinkan, yang terdekat dengan kejadian.
3.
TEORI HARAPAN
Model teori harapan dari Lawler menyajikan 4 asumsi :
1. Orang mempunyai pilian-pilihan antara berbagai
hasil-keluaran yang secara potensial yang dapat mereka gunakan. Hasil keluaran
alternative, juga disebut tujuan-tujuan pribadi (personal goals), dapat
disadari atau tidak oleh yang bersangkutan. Jika disadari, maknanya serupa
dengan penetapan tujuan-tujuan, jika tidak disadari, motivasi lebih bercorak
reactive.
2. Orang yang mempunyai harapan tentang kemungkinan bahwa
upaya (effort = E) akan mengarah ke prilaku unjuk kerja (performance = P) yang
dituju. Ini diungkap sebagi harapan E-P
3. Orang mempunyai harapan-harapan tentang kemungkinan bahwa
hail-hasil keluaran (outcomes - O) diperoleh setelah unjuk kerja (P) mereka.
Ini diungkapkan dalam rumusan harapan P-O.
4. Dalam setiap situasi ini, tindakan-tindakan dan upaya yang
berkaitan denan tindakan-tindakan tadi yang dipilih oleh seseorang untuk
dilaksanakan ditentukan oleh harapan-harapan (E-P dan P-O) dan pilihan-pilihan
yang dipunyai orang pada saat itu.
Model harapan dari Lawler menyatakan bahwa besar kecilnya
motivasi seseorang dapat dihitung dengan rumus sbb :
Indeks motivasi = jumlah (E-P) x jumlah (P-O) (V)
Faktor-faktor yang menentukan E-P ialah harga diri atau
kepercayaan diri, pengalaman lampau dalam situasi serupa, situasi sekarang yang
actual, komunikasi dari orang lain. Komponen ke -3 dari model Lawler ialah
harkat atau valence (V) yang mencerminkan bagaimana perasaan anda terhadap
hasil keluaran.
4.
Teori tujuan dan implikasi praktisnya
Teori ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah
motivator.Hampir setiap orang menyukai kepuasan kerja karena mencapai sebuah
tujuan spesifik. Saat seseorang menentukan tujuan yang jelas, kinerja biasanya
meningkat sebab:
a. Dia akan
berorientasi pada hal hal yang diperlukan.
b. Dia akan
berusaha keras mencapai tujuan tersebut.
c. Tugas tugas
sebisa mungkin akan diselesaikan.
d. Semua jalan
untuk mencapai tujuan pasti ditempuh.
Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita
memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang
akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas.
Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan).
5.
Teori hierarki Maslow
Maslow telah membentuk sebuah
hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Di luar kebutuhan tersebut,
kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk kebutuhan untuk memahami,
apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima kebutuhan
dasar, orang tidak merasa perlu kedua hingga tuntutan pertama telah puas,
maupun ketiga sampai kedua telah puas, dan sebagainya. Kebutuhan dasar Maslow
adalah sebagai berikut:
Teori Kebutuhan Maslow
1. Kebutuhan
Fisiologis
Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan
oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan
kuat karena jika seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan
datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.
2. Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak
mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi
aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan mereka kebutuhan
kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam struktur sosial
(seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak
aman dan perlu aman.
3. Kebutuhan Cinta,
sayang dan kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan
fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan
dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan
kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih
sayang dan memberikan rasa memiliki.
4. Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan
untuk harga bisa menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan
untuk seseorang mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki
kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat
dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan
berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa
rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.
5. Kebutuhan Aktualisasi
Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya
maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan
aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang
itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus bermusik, seniman harus
melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa
dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang
sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai
atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang
itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika
ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
6.
Kebutuhan yang relevan dengan perilaku dalam
organisasi
Kebutuhan aktualisasi diri, Maslow ingin dirinya diakui oleh
orang lain dalam organisasi yang ia geluti.
JOB ENRICHMENT
Kepuasan kerja mempunyai peranan penting terhadap prestasi
kerja karyawan, ketika seorang karyawan merasakan kepuasan dalam bekerja maka
seorang karyawan akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang
dimiliki untuk menyelesaikan tugasnya, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja
dan pencapaian yang baik bagi perusahaan.
Kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
produktivitas organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ketidakpuasan merupakan titik awal dari masalah-masalah yang muncul dalam
organisasi seperti kemangkiran, konflik manager-pekerja dan perputaran
karyawan. Dari sisi pekerja, ketidakpuasan dapat menyebabkan menurunnya
motivasi, menurunnya moril kerja, dan menurunnya tampilan kerja baik.
Job enrichment adalah memperluas rancangan tugas untuk
memberi arti lebih dan memberikan kepuasan kerja dengan cara melibatkan pekerja
dengan pekerjaan perencanaan, penyelenggaraan organisasi dan pengawasan
pekerjaan sehingga job enrichment bertujuan untuk menambah tanggung jawab dalam
pengambilan keputusan, menambah hak otonomi dan wewenang merancang pekerjaan
dan memperluas wawasan kerja.
Job enrichment dapat meningkatkan otonomi seseorang dalam
mengatur pekerjaannya. Misalnya seorang petugas di dalam melakukan pekerjaannya
sebelum diatur oleh suatu prosedur yang ketat, di mana dia tidak di berikan
wewenang atau hak untuk memilih metode yang dia anggap paling efektif, untuk
memilih bahan-bahan yang di butuhkan, atau untuk mengatur pekerjaannya.
Perubahan ini akan memberikan tantangan yang lebih besar bagi dia dan
diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja dan produktifitasnya.
CONTOH :
Di sebuah perusahaan ada seorang kepala bagian marketing.
Oleh perusahaan ia akan dinaikan jabatannya sebagai manager marketing di
perusahaan tersebut. Sebelum ia naik ke jabatan tersebut, perusahaan meminta
agar ia mengambil kuliah untuk mendapatkan gelar S2 dan juga ia diminta agar
mengikuti training yang disediakan oleh perusahaan. Hal tersebut berguna untuk
menambah wawasan dan kemampuan yang ia miliki, agar kemampuan tersebut dapat
digunakan untuk membantu memajukan perusahaan.
Job Range
Menunjukan banyaknya jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang.
Contoh :
Seorang mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di suatu universitas
ia juga dapat membantu anak-anak dibawah
jenjang pendidikannya untuk mengajar anak –anak tersebut dengan cara membuka
tempat les atau tempat untuk belajar.
Job Deptn
Menunjukan keleluasaan seseorang dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
Contoh : dokter
spesialis,,
Disuatu hotel atau resturan ada seorang koki yang khusus
atau memasak masakan cina. Disini ia mempunyai keahlian khusus hanya memasak
masakan cina. Ia mendalami pembuatan masakan cina.
MOTIVASI :
Contoh Kasus: Setelah adanya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)
besar-besaran, motivasi pekerja di sebuah perusahaan biasanya cukup rendah. Ini
bisa jadi disebabkan karena karyawan mempersepsi adanya ketidakadilan, baik
dari sudut pandang Equity Theory maupun Procedural Justice. Ketika perusahaan
memecat karyawan yang telah memberikan kontribusi berupa kerja keras dan
keahlian, karyawan mempersepsi bahwa ketidakadilan telah terjadi.
2. Langkah-Langkah dalam Redesign Pekerjaan Untuk Job
Enrichment
a. Menggabungkan
beberapa pekerjaan menjadi satu.
1) Menjadi lebih
besar
2) Lebih
bervariasi
3) Kecakapan
lebih luas
b. Memberikan
modul kerja untuk setiap pekerja.
c. Memberikan
kesempatan pada setiap pekerja untuk dapat bertanggung jawab.
1) Kesempatan
mengatur prosedur kerja sendiri
d. Memberikan
kesempatan pekerja menghubungi kliennya sendiri secara langsung.
1) Orang – orang
yang berhubungan dengan pelaksanaan kerjanya.
e. Menciptakan
sarana – sarana umpan balik.
1) Pekerja
dapat memonitor koreksi diri.
3. Manajemen Ilmiah
a. Pekerjaan
disederhanakan secara dispesialisir.
b. Prosedur
pekerjaan yang efisien àditentukan oleh insinyur industry
c. Para pekerja
diberikan instruksi untuk melaksanakan prosedur kerja.
Contoh : tahap perakitan mekanis.
4.
Pertimbangan-Pertimbangan Dalam Job Enrichment
a. Jika
pekerjaan terspesialisir dan sederhana dirancang kembali untuk memotivasi
secara intrinsik pada pekerja, maka kualitas pelaksanaan kerja pekerja akan
meningkat.
b. Absensi – absensi dan perpindahan kerja akan
berkurang.
c. Dimensi inti
yang berkaitan dengan motivasi intrinsik & lapangan kerja ( Hackman dan
Oldham ), yaitu:
1) Keragaman
ketrampilan (skill variety)
Banyaknya ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan.Makin banyak ragam ketrampilan yang digunakan, makin kurang
membosankan pekerjaan. Misalnya, seorang salesman diminta untuk memikirkan dan
menggunakan cara menjual yang berbeda, display (etalase) yang berbeda, cara
yang lebih baik untuk melakukan pencatatan penjualan.
2) Jati diri
tugas (task identity)
Tingkat sejauh mana penyelesaian pekerjaan secara
keseluruhan dapat dilihat hasilnya dan dapat dikenali sebagai hasil kinerja
seseorang.Tugas yang dirasakan sebagai bagian dari pekerjaan yang lebih besar
dan yang dirasakan tidak merupakan satu kelengkapan tersendiri menimbulkan rasa
tidak puas.Misalnya, seorang salesman diminta untuk membuat catatan tentang
penjualan dan konsumen, kemudian mempunyai dan mengatur display sendiri.
3) Tugas yang
penting (task significance)
Tingkat sejauh mana pekerjaan mempunyai dampak yang berarti
bagi kehidupan orang lain, baik orang tersebut merupakan rekan sekerja dalam
suatu perusahaan yang sama maupun orang lain di lingkungan sekitar. Jika tugas
dirasakan penting dan berarti oleh tenaga kerja, maka ia cenderung mempunyai
kepuasan kerja. Misalnya, sebuah perusahaan alat-alat rumah tangga ingin
mengeluarkan produk panci baru. Para karyawan diberikan tugas untuk mencari
kriteria seperti apa panci yang sangat dibutuhkan oleh ibu-ibu masa kini.
(tugas tersebut memberikan kepuasan tersendiri bagi karyawan karena hasil
kerjanya nanti secara langsung akan memberi manfaat kepada pelanggan)
4) Otonom
Tingkat kebebasan pemegang kerja, yang mempunyai pengertian
ketidaktergantungan dan keleluasaan yang diperlukan untuk menjadwalkan
pekerjaan dan memutuskan prosedur apa yang akan digunakan untuk
menyelesaikannya. Pekerjaan yang memberi kebebasan, ketidaktergantungan dan
peluang mengambil keputusan akan lebih cepat menimbulkan kepuasan kerja.
Misalnya, seorang manager mempercayai salah satu karyawan untuk memperebutkan
tender dari klien. Karyawan tersebut menggunakan ide dan caranya sendiri untuk
menarik perhatian klien .Karyawan diberi kebebasan untuk mengatur sendiri waktu
kerja dan waktu istirahat.
5) Umpan balik
(feed back)
Memberikan informasi kepada para pekerja tentang hasil
pekerjaan sehingga para pekerja dapat segera memperbaiki kualitas dan kinerja
pekerjaan.Misalnya, dalam menjual produk salesman didorong untuk mencari
sendiri informasi, baik dari atasan maupun dari bagian‑bagian
lain, mengenai segala hal yang berkaitan dengan jabatannya serta meminta
pendapat konsumen tentang barang‑barang yang dijual, pelayanan,
dll.
Jadi kondisi psikologis kritis karyawan yang muncul karena
adanya dimensi utama dalam tugas akan mempengaruhi hasil kerja karyawan yang
telah termotivasi secara internal. Berhasil atau tidaknya hasil kerja dalam job
enrichment tergantung oleh kekuatan kayawan untuk berkembang dan berpikir
positif.
Daftar pustaka
Sarwono, S.W. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai
Pustaka.
Sarwono, sarlito W. (2005). Psikologi social (psikologi
kelompok dan psikologi terapan). Jakarta : Balai Pustaka.
Sunyoto Munandar, Ashar. (2001). Psikologi Industri dan
Organisasi. Jakarta : Universitas Indonesia.
Sihotang. A. Drs. M.B.A. (2006). Manajemen Sumber Daya
Manusia . Jakarta : PT Pradnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar