kiriman favorit

Kamis, 10 November 2016

kecanduan internet

Pengertian Kecanduan menurut Plantinga (dalam Elia, 2009) adalah kelekatan yang  kompleks, progresif, berbahaya, dan sering juga melumpuhkan terhadap zat psikoaktif (alkohol, heroin, zat adiktif lainnya) atau perilaku (seks, kerja, judi) dimana individu secara kompulsif mencari perubahan perasaan. Carpenter (Essau, 2008) menyatakan bahwa kecanduan merupakan suatu kondisi dimana individu membutuhkan obat-obatan (misalnya, obat bius) yang meliputi ketergantungan.


Definisi Kecanduan

Griffiths (Essau, 2008) menyatakan bahwa kecanduan merupakan aspek perilaku yang kompulsif, adanya ketergantungan, dan kurangnya kontrol. Sarafino (2006) mendefinisikan kecanduan sebagai suatu kondisi yang diakibatkan karena adanya konsumsi obat-obatan yang berulang-ulang, yang membuat individu tergantung secara fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik terjadi ketika tubuh telah beradaptasi dengan obat-obatan dan jaringan tubuh tidak lagi berfungsi secara normal. Sedangkan pada ketergantungan psikologis, individu merasa didorong menggunakan obat-obatan untuk mendapatkan efeknya.

Kecanduan merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketergantungan yang dimiliki individu baik secara fisik dan psikologis dalam sebuah aktivitas, meminum minuman keras atau obat-obatan yang berada dibawah kontrol kesadaran. Kecanduan terjadi disebabkan adanya (Mark, Murray, Evans, & Willig, 2004):
  1. Keinginan yang kuat untuk selalu terlibat dalam perilaku tertentu (terutama ketika kesempatan untuk terlibat dalam perilaku tertentu tidak dapat dilakukan). 
  2. Adanya kegagalan dalam melakukan kontrol terhadap perilaku, individu merasakan ketidaknyamanan dan stress ketika perilaku ditunda atau dihentikan. 
  3. Terjadinya perilaku yang terus-menerus walaupun telah ada fakta yang jelas bahwa perilaku mengarah kepada permasalahan. 


Berdasarkan uraian diatas maka kecanduan dapat diartikan sebagai suatu kondisi  dimana individu mengalami  ketergantungan terhadap perilaku tertentu akibat kurangnya   kontrol   terhadap   perilaku sehingga   menyebabkan ketidaknyamanan dan stress ktika perilaku tersebut ditunda atau dihentikan.

Kecanduan Internet 

Kecanduan internet diartikan Young (1998) sebagai sebuah sindrom yang  ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online. Young (Essau, 2008) juga menyatakan bahwa kecanduan internet sama seperti perilaku kecanduan lainnya, yang berisi tingkah laku yang kompulsif, kurang tertarik terhadap aktivitas-aktivitas yang lain, dan meliputi symptom-symptom fisik dan mental ketika berusaha untuk menghentikan tingkah laku tersebut. Griffiths (1998) mendefinisikan kecanduan internet sebagai tingkah laku kecanduan yang meliputi interaksi antara manusia dengan mesin tanpa adanya penggunaan obat-obatan. Orzack (dalam Mukodim, Ritandiyono & Sita, 2004) menyatakan bahwa kecanduan internet merupakan suatu kondisi dimana individu merasa bahwa dunia maya di layar komputernya lebih menarik daripada kehidupan nyata sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecanduan internet adalah tingkah laku kompulsif, kurang tertarik dengan aktivitas lain, merasa bahwa dunia maya di layar komputer lebih menarik sehingga menghabiskan banyak waktu dalam menggunakan internet serta meliputi symptom-symptom fisik dan mental ketika tingkah laku tersebut ditunda atau dihentikan.

Dimensi Kecanduan Internet 

Griffiths (1998) telah mencantumkan enam dimensi untuk menentukan  apakah individu dapat digolongkan sebagai pecandu internet. Dimensi-dimensinya adalah sebagai berikut:

  1. Salience. Hal ini terjadi ketika penggunaan internet menjadi aktivitas yang paling penting dalam kehidupan individu, mendominasi pikiran individu (pre-okupasi atau gangguan kognitif), perasaan (merasa sangat butuh),dan tingkah laku (kemunduran dalam perilaku sosial). Individu akan selalu memikirkan internet, meskipun tidak sedang mengakses internet. 
  2. Mood modification. Hal ini mengarah pada pengalaman individu sendiri, yang menjadi hasil dari bermain internet, dan dapat dilihat sebagai strategi coping. 
  3. Tolerance. Hal ini merupakan proses dimana terjadinya penigkatan jumlah penggunaan internet untuk mendapatkan efek perubahan dari mood. 
  4. Withdrawal symptoms. Hal ini merupakan perasaan tidak menyenangkan yang terjadi karena penggunaan internet dikurangi atau tidak dilanjutkan (misalnya, mudah marah, cemas, tubuh bergoyang). 
  5. Conflict. Hal ini mengarah pada konflik yang terjadi antara pengguna internet dengan lingkungan sekitarnya (konflik interpersonal), konflik  dalam tugas lainnya (pekerjaan, tugas, kehidupan sosial, hobi) atau konflik yang  terjadi  dalam  dirinya  sendiri  (konflik  intrafisik atau  merasa kurangnya kontrol) yang diakibatkan karena terlalu banyak menghabiskan waktu bermain internet.
  6. Relapse. Hal ini merupakan kecenderungan berulangnya kembali pola penggunaan internet setelah adanya kontrol. 


Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan apakah individu dapat dinyatakan mengalami kecanduan internet adalah dengan menggunakan dimensi-dimensi kecanduan internet, yaitu salience, mood modification, tolerance, withdrawal symptom, conflict, dan relapse.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecanduan Internet 

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecanduan internet (Young, Pistner, O’Mara & Buchanan, 1998) adalah:

a. Gender 
Gender mempengaruhi jenis aplikasi yang digunakan dan penyebab individu tersebut mengalami kecanduan internet. Laki-laki lebih sering mengalami kecanduan terhadap game online, situs porno, dan perjudian online, sedangkan perempuan lebih sering mengalami kecanduan terhadap chatting dan berbelanja secara online. 

b. Kondisi psikologis 
Survey di Amerika Serikat menunjukkan bahwa lebih dari 50% individu yang mengalami kecanduan internet juga mengalami kecanduan pada hal lain seperti obat-obatan terlarang, alkohol, rokok dan seks. Kecanduan internet juga timbul akibat masalah-masalah emosional seperti depresi dan gangguan kecemasan dan sering menggunakan dunia fantasi di internet sebagai pengalihan secara psikologis terhadap perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan atau situasi yang menimbulkan stress. Berdasarkan hasil survey ini juga diperoleh bahwa 75% individu yang mengalami kecanduan internet disebabkan adanya masalah dalam hubungannya dengan orang lain, kemudian individu tersebut mulai menggunakan aplikasi-aplikasi online yang bersifat interaktif seperti chat room dan game online sebagai cara untuk membentuk hubungan baru dan lebih percaya diri dalam berhubungan dengan orang lain melalui internet.

c. Kondisi sosial ekonomi 
Individu yang telah bekerja memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kecanduan internet dibandingkan dengan individu yang belum bekerja. Hal ini didukung bahwa individu yang telah bekerja memiliki fasilitas internet di kantornya dan juga memiliki sejumlah gaji yang memungkinkan individu tersebut memiliki fasilitas komputer dan internet juga dirumahnya. 

Hasil gambar untuk kecanduan internet
d. Tujuan dan waktu penggunaan internet 
Tujuan menggunakan internet akan menentukan sejauhmana individu tersebut akan mengalami kecanduan internet, terutama dikaitkan terhadap banyaknya waktu yang dihabiskannya sendirian di depan komputer. Individu yang menggunakan internet untuk tujuan pendidikan, misalnya pada pelajar dan mahasiswa akan lebih banyak menghabiskan waktunya menggunakan internet. Umumnya, individu yang menggunakan internet untuk tujuan pendidikan mengalami kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami kecanduan internet. Hal ini diakibatkan tujuan penggunaan internet bukan digunakan sebagai upaya untuk mengatasi atau melarikan diri dari masalah-masalah yang dihadapinya di kehidupan nyata atau sekedar hiburan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecanduan internet, yaitu gender, kondisi psikologis, kondisi sosial ekonomi, tujuan dan waktu penggunaan internet.


Tingkat Kecanduan Internet 

Young (1996) membagi kecanduan internet dalam 3 tingkatan, yaitu: 
  1. Mild. Pada tingkatan ini individu termasuk dalam pengguna online rata-rata. Individu menggunakan internet dalam waktu yang lama, tetapi individu memiliki kontrol dalam penggunaannya. 
  2. Moderate. Pada tingkatan ini individu mulai sering mengalami beberapa permasalahan dari penggunaan internet. Internet merupakan hal yang penting, namun tidak selalu menjadi yang utama dalam kehidupan. 
  3. Severe. Pada tingkatan ini individu mengalami permasalahan yang signifikan dalam kehidupan mereka. Internet merupakan hal yang paling utama sehingga mengabaikan kepentingan-kepentingan yang lain. 


Berdasarkan  uraian  di  atas  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  terdapat  3 tingkat kecanduan internet, yaitu mild, moderate, dan severe.

Daftar Pustaka Makalah Kecanduan Internet

Mukodim, D., Ritandiyono, Sita H.R. (2004). Peranan Kesepian dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Gunadarma. http:// repository.gunadarma.ac.id:8000/Didin_111-120_864.pdf [ online : 18 Maret 2010]

Essau, C.A.  (2008).  Adolescent  Addiction:Epidemiology,  Assessment  and Treatment. New York : Elsevier Inc.

Young, K. (1998). Caught in the Net: How to Recognize the Signs of Internet Addiction and a Winning Strategy for Recovery.New York, NY: Wiley.

Elia, Heman. (2009). Kecanduan Berinternet dan Prinsip-prinsip untuk Menolong Pecandu Internet. Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 10/2 (Oktober 2009) 285-299. http://  www.seabs.ac.id/.../Kecanduan%20Berinternet%20dan%20Prinsip- Prinsip%20Untuk%20Menolong%20Pecandu%20Internet.pdf [online: 13 Maret 2010]

Young, Pitsner, O’Mara, & Buchanan. (1998). What Is Internet Addiction?. hhtp://www.netaddiction.com/whatis.htm.[online : 3 April 2010].

Griffiths, Mark .(1998). Does Internet and Computer 'Addiction' Exist? : Some Case Study Evidence.  http://www.intute.ac.uk/ socialsciences /archive/ iriss/papers/paper47.htm [online: 30 September 2010]

Mark, D.F., Murray, M., Evans, B. & Willig, C. (2004). Health Psychology : Theory, Research and Practice. London : Sage Publication ltd.


Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions (5th ed.). New York: John Wiley and Sons.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar