kiriman favorit

Senin, 09 Januari 2017

alesan masuk gundar

nama : dimas prayogi
npm : 12513508

ALASAN MASUK GUNADARMA
perkenalkan saya dimas prayogi mahasiswa semester akhir gunadarma. singkat cerita saya lulus SMAN 1 MANDIRANCAN di Kuningan daerah jawa barat dan mencoba masuk Ptn ternyata gagal dan setelah itu mau gak mau harus cari alternatif lain yaitu pts, karena pusing dengan berbagai rujukan yang ada jadilah saya mencari di mbah google dan ternyata ada UG masuk sebagai 10 teratas universitas Pts terbaik di indonesia dari situ saya memutuskan untuk menggambil UG sebagai tambatan untuk melanjutkan kuliah
Oke kembali ke judul sekian dulu ceritanya. alasan kenapa masuk universitas gunadarma yakni karna pertimbangan:
  1. karena terkenal di internet doang hiks hiks
  2. alasan kenapa milih jurusan psikologi yah karena seneng denger curhat orang
  3. kayanya itu aja cukup karna saya bukan orang yang suka beralasan
suka duka kuliah di gunadarma
  1. dukanya : kampusnya banyak jadi kuliahnya hijrah sana sini tiap hari, kalo dapat dosen yang pelit nilai.. yah ampuunnnnnn pusing buat ngulang lagi
  2. Sukanya jadi banyak temen, dan tentunya dapat ilmu baru
  3. sukanya mungkin di beberapa mata kuliah yang jelek dapat di rubah dengan mengunakan semester pendek
cukup sekian saja mungkin curhatnya. ;D

Kamis, 10 November 2016

kecanduan internet

Pengertian Kecanduan menurut Plantinga (dalam Elia, 2009) adalah kelekatan yang  kompleks, progresif, berbahaya, dan sering juga melumpuhkan terhadap zat psikoaktif (alkohol, heroin, zat adiktif lainnya) atau perilaku (seks, kerja, judi) dimana individu secara kompulsif mencari perubahan perasaan. Carpenter (Essau, 2008) menyatakan bahwa kecanduan merupakan suatu kondisi dimana individu membutuhkan obat-obatan (misalnya, obat bius) yang meliputi ketergantungan.


Definisi Kecanduan

Griffiths (Essau, 2008) menyatakan bahwa kecanduan merupakan aspek perilaku yang kompulsif, adanya ketergantungan, dan kurangnya kontrol. Sarafino (2006) mendefinisikan kecanduan sebagai suatu kondisi yang diakibatkan karena adanya konsumsi obat-obatan yang berulang-ulang, yang membuat individu tergantung secara fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik terjadi ketika tubuh telah beradaptasi dengan obat-obatan dan jaringan tubuh tidak lagi berfungsi secara normal. Sedangkan pada ketergantungan psikologis, individu merasa didorong menggunakan obat-obatan untuk mendapatkan efeknya.

Kecanduan merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketergantungan yang dimiliki individu baik secara fisik dan psikologis dalam sebuah aktivitas, meminum minuman keras atau obat-obatan yang berada dibawah kontrol kesadaran. Kecanduan terjadi disebabkan adanya (Mark, Murray, Evans, & Willig, 2004):
  1. Keinginan yang kuat untuk selalu terlibat dalam perilaku tertentu (terutama ketika kesempatan untuk terlibat dalam perilaku tertentu tidak dapat dilakukan). 
  2. Adanya kegagalan dalam melakukan kontrol terhadap perilaku, individu merasakan ketidaknyamanan dan stress ketika perilaku ditunda atau dihentikan. 
  3. Terjadinya perilaku yang terus-menerus walaupun telah ada fakta yang jelas bahwa perilaku mengarah kepada permasalahan. 


Berdasarkan uraian diatas maka kecanduan dapat diartikan sebagai suatu kondisi  dimana individu mengalami  ketergantungan terhadap perilaku tertentu akibat kurangnya   kontrol   terhadap   perilaku sehingga   menyebabkan ketidaknyamanan dan stress ktika perilaku tersebut ditunda atau dihentikan.

Kecanduan Internet 

Kecanduan internet diartikan Young (1998) sebagai sebuah sindrom yang  ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online. Young (Essau, 2008) juga menyatakan bahwa kecanduan internet sama seperti perilaku kecanduan lainnya, yang berisi tingkah laku yang kompulsif, kurang tertarik terhadap aktivitas-aktivitas yang lain, dan meliputi symptom-symptom fisik dan mental ketika berusaha untuk menghentikan tingkah laku tersebut. Griffiths (1998) mendefinisikan kecanduan internet sebagai tingkah laku kecanduan yang meliputi interaksi antara manusia dengan mesin tanpa adanya penggunaan obat-obatan. Orzack (dalam Mukodim, Ritandiyono & Sita, 2004) menyatakan bahwa kecanduan internet merupakan suatu kondisi dimana individu merasa bahwa dunia maya di layar komputernya lebih menarik daripada kehidupan nyata sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecanduan internet adalah tingkah laku kompulsif, kurang tertarik dengan aktivitas lain, merasa bahwa dunia maya di layar komputer lebih menarik sehingga menghabiskan banyak waktu dalam menggunakan internet serta meliputi symptom-symptom fisik dan mental ketika tingkah laku tersebut ditunda atau dihentikan.

Dimensi Kecanduan Internet 

Griffiths (1998) telah mencantumkan enam dimensi untuk menentukan  apakah individu dapat digolongkan sebagai pecandu internet. Dimensi-dimensinya adalah sebagai berikut:

  1. Salience. Hal ini terjadi ketika penggunaan internet menjadi aktivitas yang paling penting dalam kehidupan individu, mendominasi pikiran individu (pre-okupasi atau gangguan kognitif), perasaan (merasa sangat butuh),dan tingkah laku (kemunduran dalam perilaku sosial). Individu akan selalu memikirkan internet, meskipun tidak sedang mengakses internet. 
  2. Mood modification. Hal ini mengarah pada pengalaman individu sendiri, yang menjadi hasil dari bermain internet, dan dapat dilihat sebagai strategi coping. 
  3. Tolerance. Hal ini merupakan proses dimana terjadinya penigkatan jumlah penggunaan internet untuk mendapatkan efek perubahan dari mood. 
  4. Withdrawal symptoms. Hal ini merupakan perasaan tidak menyenangkan yang terjadi karena penggunaan internet dikurangi atau tidak dilanjutkan (misalnya, mudah marah, cemas, tubuh bergoyang). 
  5. Conflict. Hal ini mengarah pada konflik yang terjadi antara pengguna internet dengan lingkungan sekitarnya (konflik interpersonal), konflik  dalam tugas lainnya (pekerjaan, tugas, kehidupan sosial, hobi) atau konflik yang  terjadi  dalam  dirinya  sendiri  (konflik  intrafisik atau  merasa kurangnya kontrol) yang diakibatkan karena terlalu banyak menghabiskan waktu bermain internet.
  6. Relapse. Hal ini merupakan kecenderungan berulangnya kembali pola penggunaan internet setelah adanya kontrol. 


Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan apakah individu dapat dinyatakan mengalami kecanduan internet adalah dengan menggunakan dimensi-dimensi kecanduan internet, yaitu salience, mood modification, tolerance, withdrawal symptom, conflict, dan relapse.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecanduan Internet 

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecanduan internet (Young, Pistner, O’Mara & Buchanan, 1998) adalah:

a. Gender 
Gender mempengaruhi jenis aplikasi yang digunakan dan penyebab individu tersebut mengalami kecanduan internet. Laki-laki lebih sering mengalami kecanduan terhadap game online, situs porno, dan perjudian online, sedangkan perempuan lebih sering mengalami kecanduan terhadap chatting dan berbelanja secara online. 

b. Kondisi psikologis 
Survey di Amerika Serikat menunjukkan bahwa lebih dari 50% individu yang mengalami kecanduan internet juga mengalami kecanduan pada hal lain seperti obat-obatan terlarang, alkohol, rokok dan seks. Kecanduan internet juga timbul akibat masalah-masalah emosional seperti depresi dan gangguan kecemasan dan sering menggunakan dunia fantasi di internet sebagai pengalihan secara psikologis terhadap perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan atau situasi yang menimbulkan stress. Berdasarkan hasil survey ini juga diperoleh bahwa 75% individu yang mengalami kecanduan internet disebabkan adanya masalah dalam hubungannya dengan orang lain, kemudian individu tersebut mulai menggunakan aplikasi-aplikasi online yang bersifat interaktif seperti chat room dan game online sebagai cara untuk membentuk hubungan baru dan lebih percaya diri dalam berhubungan dengan orang lain melalui internet.

c. Kondisi sosial ekonomi 
Individu yang telah bekerja memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kecanduan internet dibandingkan dengan individu yang belum bekerja. Hal ini didukung bahwa individu yang telah bekerja memiliki fasilitas internet di kantornya dan juga memiliki sejumlah gaji yang memungkinkan individu tersebut memiliki fasilitas komputer dan internet juga dirumahnya. 

Hasil gambar untuk kecanduan internet
d. Tujuan dan waktu penggunaan internet 
Tujuan menggunakan internet akan menentukan sejauhmana individu tersebut akan mengalami kecanduan internet, terutama dikaitkan terhadap banyaknya waktu yang dihabiskannya sendirian di depan komputer. Individu yang menggunakan internet untuk tujuan pendidikan, misalnya pada pelajar dan mahasiswa akan lebih banyak menghabiskan waktunya menggunakan internet. Umumnya, individu yang menggunakan internet untuk tujuan pendidikan mengalami kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami kecanduan internet. Hal ini diakibatkan tujuan penggunaan internet bukan digunakan sebagai upaya untuk mengatasi atau melarikan diri dari masalah-masalah yang dihadapinya di kehidupan nyata atau sekedar hiburan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecanduan internet, yaitu gender, kondisi psikologis, kondisi sosial ekonomi, tujuan dan waktu penggunaan internet.


Tingkat Kecanduan Internet 

Young (1996) membagi kecanduan internet dalam 3 tingkatan, yaitu: 
  1. Mild. Pada tingkatan ini individu termasuk dalam pengguna online rata-rata. Individu menggunakan internet dalam waktu yang lama, tetapi individu memiliki kontrol dalam penggunaannya. 
  2. Moderate. Pada tingkatan ini individu mulai sering mengalami beberapa permasalahan dari penggunaan internet. Internet merupakan hal yang penting, namun tidak selalu menjadi yang utama dalam kehidupan. 
  3. Severe. Pada tingkatan ini individu mengalami permasalahan yang signifikan dalam kehidupan mereka. Internet merupakan hal yang paling utama sehingga mengabaikan kepentingan-kepentingan yang lain. 


Berdasarkan  uraian  di  atas  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  terdapat  3 tingkat kecanduan internet, yaitu mild, moderate, dan severe.

Daftar Pustaka Makalah Kecanduan Internet

Mukodim, D., Ritandiyono, Sita H.R. (2004). Peranan Kesepian dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Gunadarma. http:// repository.gunadarma.ac.id:8000/Didin_111-120_864.pdf [ online : 18 Maret 2010]

Essau, C.A.  (2008).  Adolescent  Addiction:Epidemiology,  Assessment  and Treatment. New York : Elsevier Inc.

Young, K. (1998). Caught in the Net: How to Recognize the Signs of Internet Addiction and a Winning Strategy for Recovery.New York, NY: Wiley.

Elia, Heman. (2009). Kecanduan Berinternet dan Prinsip-prinsip untuk Menolong Pecandu Internet. Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 10/2 (Oktober 2009) 285-299. http://  www.seabs.ac.id/.../Kecanduan%20Berinternet%20dan%20Prinsip- Prinsip%20Untuk%20Menolong%20Pecandu%20Internet.pdf [online: 13 Maret 2010]

Young, Pitsner, O’Mara, & Buchanan. (1998). What Is Internet Addiction?. hhtp://www.netaddiction.com/whatis.htm.[online : 3 April 2010].

Griffiths, Mark .(1998). Does Internet and Computer 'Addiction' Exist? : Some Case Study Evidence.  http://www.intute.ac.uk/ socialsciences /archive/ iriss/papers/paper47.htm [online: 30 September 2010]

Mark, D.F., Murray, M., Evans, B. & Willig, C. (2004). Health Psychology : Theory, Research and Practice. London : Sage Publication ltd.


Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions (5th ed.). New York: John Wiley and Sons.

Rabu, 12 Oktober 2016

sistem informasi psikologis

1.     Data
Data merupakan deskripsi dari sesuatu dan kejadian yang kita hadapi.Jadi pada intinya, data merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian dan merupakan kesatuan nyata yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar suatu informasi.

2.     Informasi
Informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan.
3.     Sistem
Sistem merupakan entitas, baik abstrak maupun nyata, dimana terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu sama lain. Objek yang tidak memiliki kaitan dengan unsur-unsur dari sebuah sistem bukanlah komponen dari sistem tersebut.
4.     Sistem Informasi
Sistem Informasi merupakan sistem pembangkit informasi. Dengan integrasi yang dimiliki antar subsistemnya,sistem informasi akan mampu menyediakan informasi yang berkualitas, tepat, cepat dan akurat sesuai dengan manajemen yang membutuhkannya.
5.     Berbasis Komputer
Sistem Informasi “berbasis komputer” mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem informasi. Secara teori, penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidak harus menggunakan komputer dalam kegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin sistem informasi yang sangat kompleks itu dapat berjalan dengan baik jika tanpa adanya komputer. Sistem Informasi yang akurat dan efektif, dalam kenyataannya selalu berhubungan dengan istilah “computer-based” atau pengolahan informasi yang berbasis pada komputer.

6.     SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI (SIP)
Dari keseluruhan uraian mengenai sistem, Informasi, dan psikologi di atas, maka dapat kita coba tarik kesimpulan bahwa definisi “Sistem Informasi Psikologi” adalah suatu sistem atau tata cara yang merupakan kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan data mengenai perilaku terlihat maupun tidak terlihat secara langsung serta proses mental yang terjadi pada manusia sehingga data tersebut dapat diubah menjadi informasi yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu seperti tujuan penelitian. Contoh nyata dari pengaplikasian SIP dalam kehidupan adalah penggunaan teknologi dalam pengambilan data tes psikologi, dalam hal ini umumnya komputer (komputerisasi alat tes psikologi).
7.     Definisi Komponen Sistem Informasi (Elemen Sistem)
Menurut Azhar (dalam Djahir, 2014) komponen sistem informasi adalah suatu kumpulan dari subsistem apapun baik fisik ataupun non fisik yang saling berkaitan satu sama lain dan bekerja sama secara baik untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut Haryadi (2009) komponen-komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa elemen-elemen yang lebih kecil (subsistem) misalnya perangkat keras, perangkat lunak dan manusia. Sedangkan elemen-elemen besarnya (suprasistem) misalnya CPU, perangkat I/O dan memori.
a.     Menurut Stair (dalam Fatta, 2007) ada beberapa komponen-komponen elemen sistem informasi, diantaranya :
Perangkat keras, yaitu perangkat untuk melengkapi kegiatan memasukkan data, memproses data dan keluaran data
Perangkat lunak, yaitu program dan instruksi yang diberikan ke computer
Database, yaitu kumpulan data dan informasi yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga mudah diakses
Telekomunikasi, yaitu komunikasi yang menghubungkan antara pengguna sistem dan sistem computer ke dalam suatu jaringan kerja
Manusia, yaitu personel dari sistem informasi.
b.     Macam-macam
Menurut Kusrini & Koniyo (2007) komponen sistem informasi meliputi :
Perangkat keras
Perangkat lunak
Prosedur
Basis data
Jaringan komputer
Manusia
Gambaran mengenai sifa-sifat sistem Informasi Psikologi
Sifat-sifat dari sistem informasi menurut Akbar (2006)
a.Kemudahan dalam memperoleh.
b.Sifat luas dan kelengkapan.
c. Ketelitian (accuracy).
d. Ketepatan waktu.
e. Kecocokan dengan penguna.
f. Kejelasan (clarity).
g. Flexibilitas.
h. Dapat dibuktikan.
i. Tidak ada prasangka.
j. Dapat diukur.



Daftar pustaka
https://wardatuladawiyah.wordpress.com/2015/11/14/komponen-komponen-sistem-informasi-elemen-sistem/


Jumat, 30 September 2016

permasalahan dan topik penelitian

Menentukan masalah dan topik dalam penelitian
1.      Permasalahan
masalah adalah bagaimana cara mencari topik baik dan patut untuk diteliti. Forcese dan ritcher(dalam azwar, 2013) membuat semacam diagram untuk menunjukan hal apa saja yang dapat ikut mempegaruhi permasalahan penelitian.


 


2.      topik
Setelah mendapat permasalahan yang akan diteliti, langka selanjutnya adalah menentukan topik sebagai focus penelitian, hal ini dilakukan karena permasalahanya yang ada biasanya sangat kompleks sehingga tidak mungkin diteliti dari semua sudut pandang disiplin ilmu saja dan tidak mungkin ditelitidari semua segi secara serentak.
A.     Ciri topik yang baik
Hal pertama yang harus diperhatikan oleh calon peneliti adalah ciri-ciri topik yang baik agar topik penelitian yang dipilih benar-benar dapat di katakan cukup berharga untuk di teliti adalah
a.      Minat
Penelitian terhadap topik yang akan diteliti tentu banyak mempengaruhi kelangsungan dan keberhasilan kegiatan penelitian. Penelitian yang tidak menarik minat akan dipaksakan untuk diteliti tentu akan mengurangi keseriusan dalam penggarapanya.
b.      Sumber referensi
Yang akan mendukung penelitian harus tersedia cukup banyak agar penelitian dapat berhasil. Masalah referensi ini menjadi penting di karenakan kekurangan referensi akan mempersempit wawasan penelitian dalam memandang permasalaha yang dihadapinya
c.      Ketersedian sumber daya
Sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penelitian. Sumber daya dalam kegiatan penelitian meliputi biaya, waktu, dan tenaga.
d.      Kemampuan

Kemampuan dalam hal ini menyangkut masalah tenaga dalam arti yang lebih luas. Sebaiknya calon peneliti tidak mencoba melakukan penelitian mengenai topik yang terletak di luar jangkauan kompetensi/pengetahuanya

Kamis, 29 September 2016

Psikologi klinis


1.    Psikologi klinis
Menurut markam dan slamet i.s.(2003) pengabungan istilah "psikolog" yang terkait dengan psikolog akademik atau psikologisebagai ilmu dengan istilah “klinik” yang artinya tempat orang berobat, pertama kali dilakukan oleh L.witmer. pengabungan ini dapat dilihat bahwa bidang terapan ini berpijak pada dua disiplin ilmu yang berbeda yakni psikologi akademik dan kedokteran.
Klinik psikologi atau “psychological clinic” pertama kali di dirikan witmer tahun  1980. Pada klinik ini tugas psikolog ialah memeriksa anak-anak yang mengalami kesulitan pelajaran.

            Apa saja bidang-bidang kajian terkait psikologi klinis?
Menurut markam dan slamet i.s.(2003) bidang-bidang kajian terkait       psikologi klinis yaitu:
a.     Psikopatologi
psikopatologi adalah bidang yang mempelajari patologi atau kelainan dari proses kejiwaan. Istilah ini digunakan dalam lingkungan psikiatri. Psikopantologi sebenarnya tidak termasuk psikologi klinis, walaupun demikian seorang psikolog klinis harus menguasai psikopantologi untuk dapat berhasil dalam pekerjaan diagnostiknya.
b.    Psikolohi medis
Merupakan suatu penjabaran dari psikologi umum dan psikologi kepribadian untuk ilmu kedokteran. Tujuanya adalah untuk melengkapi pengetahuan kedokteran tentang gambaran biologis manusia dengan gambaran kehidupan kejiwaan, fungsi-fungsi psikis, berpikir, pengamatan, afek serta kehidupan perasaan pada manusia normal. Pengetahuan menyeluruh tentang fungsi normal pada individu ini akan menjadi dasar dalam mengenali kejiwaan yang tergangu.
c.     Prikologi abnormal
Istilah ini baru popular pada tahu 50-an. Nama ini diciptakan oleh psikolog-psikolog yang ingin mengklasifikasikan keadaan yang tidak normal yang mungkin terjadi pada individu. Salah satu contohnya adalah intelegensi: IQ normal ialah antara 90-110, di atas angka ini iaalah supranormal, di bawahnya subnormal, yang digolongkan lagi menjadi dull normal, debil dan imbecil.
d.    Psikologi konflik dan pato-psikologi
kedua nama ini diusulkan untuk menunjukan bahwa seseorang yang membutuhkan pertolongan psikologi tidak selalu ‘sakit.’ Pertolongan psikologi dapat diberikan kepadamereka yang mengalami kesulitn, misalnya konflik, ketegangan, dan sebagainya yang dapt mengangu keseimbangan. Kesulitan ini belum terlalu akut sehingga individu belum dikatakan ‘sakit’. Kadang-kadang manifestasi dari konflik pada seorang justru merupakan sesuatu yang inheren dan tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan dan perkembangan manusia, khususnya dalam masyarakat yang dinamis dengan system nilai yang sering berubah.
e.     Mental health dan ‘mental hygiene
istilah mental hygiene lebih dekat dengan bidang kedokteran. Istilah ini lebih banyak membahas dari segi penyembuhan. Mental health lebih banyak membahas dari segi preventifnya. Mental hygiene bertugas mempertahankan dan memelihara kesehatan mental dan mencegah terjadinya ganguan mental. Dalam praktinya, mental hygience mencakup juga penyembuhan sedini mungkin atas ganguan mental. Dalam praktiknya, mental hygiene mencakup juga penyembuhan sedini mungkin atas ganguan mental, membahas tentang bagaimana mempertahankan dan memelihara kesehatan mental dan mencegah terjadinya ganguan mental

Daftar pustaka

Slamet I.S. suprapti & markam, sumarmo.(2003). Psikologi klinis. Jakarta: UI-   press



mohon untuk membeli buku aslinya yah :D

Presepsi, ingatan, emosi, motif

Presepsi, ingatan, emosi, motif
a.      Presepsi
Menurut sarwono(2009) presepsi adalah kemampuan kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan dan sebagainya itu, yang selanjutnya di intreprestasi disebut persepsi.
b.     Ingatan
Menurut sarwono (2009)Mengingat adalah perbuatan menyimpan hal-hal yang sudah pernah diketahui untuk dikeluarkan dan pada saat lain digunakan kembali.
c.      Emosi
Menurut sarwono (2009) Emosi adalah suatu konsep yang sangat majemuk sehingga tidak ada satupun definisi yang diterima secara universal. Walapun demikian untuk kepentungan pembaca agar ada suatu pegangan dalam memahami emosi, mendefinisikan emosi sebagai reaksi penilaian(positif atau negatif) yang kompleks dari system syaraf seorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam dirinya sendiri.
d.     Motif
Menurut sarwono (2009) Motif adalah instasi terakhir bagi terjadinya perilaku. Meskipun ada kebutuhan misalnya,

Daftar pustaka

Sarwono, sarlito, w. (2009) pengantar psikologi umum. Depok: rajawali pers

mohon membeli buku yang asli yah :D